Aleksandra & Dimitri Are Doing Just Fine

July 27, 2016

(Adrian Adioetomo, Dymsokei, Me, Dimitriiv & Aleksandra)

Berawal dari membaca postingan Path dari Gendhy Dominikus, salah satu fotografer Stage ID dan teman baik saya pada Senin malam kemarin, sebelum saya repath dan re-share ke akun Twitter dan Facebook saya, saya sempatkan diri membaca kembali beberapa kali. Pas baca postingan itu memang merasakan ada sesuatu yang nggak pas, tapi saya berpikir bolehlah saya mencoba membantu dengan cara sharing, siapa tahu ada teman-teman saya yang masih nye-treet (hidup di jalan) pernah bertemu mereka. Lalu esok harinya, pas bangun tidur dan cek HP, tab mention dan notification saya pecah :") banyak sekali teman, following, followers yang membantu RT dan re-share. Lantas mulai banyak teman yang mencoba menghubungi saya via WhatsApp untuk mengonfirmasikan berita tsb. Sampai akhirnya kemarin siang, dapat informasi dari Trisca Dewi via Twitter, bahwa ada temannya yang juga mendapatkan informasi via LINE messenger mengenai orang yang mencoba membantu menelepon ke kedutaan Rusia. Semua tweet berseri terkait dengan berita ini, sudah saya chirpstory dan saya share di semua akun sosial media saya. 

Pas saya lihat respon yang sampai sebegini besarnya, dan selewatan melihat beberapa portal media online juga mulai menulis berita ini, saya memutuskan untuk bisa segera mengetahui keberadaan Aleksandra dan Dimitri. Surprisingly, (lagi-lagi) salah satu teman baik saya Heru Aprianto, tahu persis keberadaan mereka ada di mana, dan comment di postingan Path saya. Saya mengenal Heru sewaktu kami membantu NOXA mengurus Obscene Extreme Festival Asia tahun 2013 lalu, dan berteman baik hingga saat ini. Setelah ngobrol via WhatsApp, Heru segera memberikan nomor HP temannya yang membantu menampung Aleksandra dan Dimitri di Jakarta Timur. Nggak pakai lama, saya langsung telepon Mbak Alfa (yang membantu menampung mereka di sana), percakapan kami lumayan panjang, dan Mbak Alfa menepis semua berita-berita buruk tentang kondisi Aleksandra dan Dimitri, terlebih lagi Aleksandra pun sudah mencoba memberikan klarifikasi via akun Facebook-nya, namun responnya tidak sebesar seperti sewaktu cerita tentang mereka ngamen di stasiun Sudirman mencuat :"). Akhinya kami janjian untuk bertemu malam harinya setelah Mbak Alfa selesai bekerja.

Sembari menunggu waktu untuk berangkat ke Jakarta Timur, saya mengontak beberapa teman dekat saya yang mungkin mau bertemu langsung dengan Aleksandra dan Dimitri, atau ingin menitipkan bantuan. Saya berangkat bersama Adrian Adioetomo menuju Jakarta Timur, dan bertemu dengan Dymsokei di sana. Sesampainya saya di sana, saya diterima dengan sangat baik oleh teman-teman Mbak Alfa, kami mengobrol santai dan saling bertukar informasi terakhir mengenai perkembangan berita tentang Aleksandra dan Dimitri. Teman-teman Mbak Alfa di sana juga sudah mendengar berita yang tidak mengenakkan tentang kondisi Aleksandra dan Dimitri, atau bahwa mereka berdua adalah penipu yang hanya ingin mendapatkan akomodasi gratis selama di Jakarta, dsb. To be honest, ada rasa tidak enak hati ketika saya mendengarkan mereka cerita tentang hal-hal tsb, biar bagaimanapun, saya juga punya andil dalam hal sharing berita tentang Aleksandra dan Dimitri. Setelah Mbak Alfa sampai di Jakarta Timur, saya kembali menjelaskan maksud dan tujuan saya datang ke kediaman mereka, yang tidak lain hanya ingin memastikan kondisi Aleksandra dan Dimitri, sekaligus menawarkan diri, apa yang bisa saya dan teman-teman saya bantu. 

Selang beberapa belas menit, datanglah Aleksandra dan Dimitri, yang baru pulang membeli makan malam di warteg terdekat. FYI, jangan kalian bayangkan kediaman Mbak Alfa dan teman-teman baiknya adalah sebuah rumah mewah, bak hotel bintang lima. Kediaman Mbak Alfa hanyalah sebuah rumah sederhana yang dilengkapi dengan karya-karya D.I.Y seperti kaos, emblem/patches, stickers untuk mereka jual, dan juga ukulele. Kediaman Mbak Alfa dipenuhi dengan kehangatan persahabatan, serta semangat hidup yang sudah lama sekali tidak saya temukan di gedung-gedung perkantoran. Lalu Aleksandra yang cukup fasih berbahasa Inggris mulai mengobrol dengan saya, Adrian dan Dyms, menceritakan permasalahan yang sedang mereka hadapi, dan bagaimana sekarang mereka menyesal dengan tindakan mereka yang ngamen dengan membawa kardus bertuliskan mereka butuh bantuan untuk pulang ke Negara mereka, Rusia. 

Mereka tidak pernah menyangka bahwa responnya akan sebesar ini, dan merasa kesal karena ada portal berita yang mengatakan sudah mewawancarai mereka, padahal TIDAK PERNAH sama sekali. Aleksandra menekankan berkali-kali bahwa mereka baik-baik saja secara fisik, tidak kelaparan, dan memiliki "keluarga" di Jakarta Timur yang bersedia membantu mereka, memberikan mereka tempat untuk tidur serta membantu mereka mencarikan solusi dan jalan keluar terbaik untuk Aleksandra dan Dimitri. Bahkan Mbak Alfa dan teman-temannya baru tahu kalau Aleksandra dan Dimitri ngamen setelah membaca postingan di sosial media. Setelah berita ini mencuat, Aleksandra dan Dimitri berhenti ngamen dan sepenuhnya mulai mencari bantuan dari teman-teman di Negara mereka, maupun teman-teman Mbak Alfa di sini. Aleksandra dan Dimitri memutuskan untuk ngamen karena mereka merasa tidak enak hati dengan Mbak Alfa dan teman-teman lainnya yang sudah menampung mereka, lantas mencoba menyelesaikan permasalahan mereka dengan cara mereka sendiri. Lalu yah.. seperti yang terjadi sekarang ini. 

Saya sepakat dengan Aleksandra, bahwa language barrier menjadi faktor penentu terprosesnya informasi yang sampai ke publik tentang kondisi mereka. Aleksandra dan Dimitri tidak sedang melakukan penelitian di Indonesia, mereka murni travellers yang hanya memiliki sedikit dana. Mereka sangat menyukai fotografi dan terutama keindahan alam Indonesia. Tidak ada tujuan lain, mereka hanya ingin bepergian, mengambil foto-foto bagus dan menikmati Indonesia. 4 bulan yang lalu saat mereka tiba di Jakarta, mereka memang sudah tinggal di kediaman Mbak Alfa, karena kediaman ini lah yang akan mereka kunjungi pertama kali, kalau mereka ke Jakarta. Setelahnya mereka memulai perjalanan mereka ke berbagai kota, dan yang paling terakhir di Papua, dengan menumpang truk. Insiden kehilangan paspor Dimitri terjadi di Papua. Jadi berita yang di-share bahwa mereka adalah mahasiswa dari universitas lantas pergi ke Indonesia untuk melakukan penelitian, tidak benar adanya. They're just low-budget travellers. 

Seperti yang sudah disampaikan di status Facebook Aleksandra, bahwa mereka sudah ke kedutaan Rusia untuk melaporkan hilangnya paspornya Dimitri, namun kedutaan tetap membutuhkan waktu selama 3 bulan untuk bisa menerbitkan dokumen pengganti paspor yang bisa digunakan Dimitri untuk kembali pulang ke Rusia sekali jalan. Karena dokumen pengganti tsb hanya berlaku untuk 1 tujuan saja, tidak bisa transit. Visa mereka akan habis, dan mereka sedang berusaha mendapatkan uang untuk membeli tiket pulang sebelum 12 Agustus mendatang, jika tidak mereka akan ditangkap. Mereka memang sempat menolak tawaran kedutaan untuk menghubungi keluarga mereka di Rusia, karena mereka hanya ingin melaporkan paspor yang hilang saja, dan mencoba menyelesaikan permasalahan mereka sendiri. Selang beberapa waktu, Aleksandra akhirnya menghubungi keluarga mereka dan menjelaskan duduk permasalahannya seperti apa, keluarganya tentu akan membantu mereka dengan mengirimkan uang, namun ini juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Itulah kenapa Aleksandra dan Dimitri memilih untuk mencari uang dengan ngamen dari stasiun ke stasiun, uang penghasilan ini mereka gunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan juga tabungan untuk membeli tiket pulang. 

Demikian update saya terkait dengan berita tentang Aleksandra dan Dimitri. Sejak awal saya ingin menemui mereka, semata-mata karena saya merasa bersalah karena turut andil menyebarkan berita ini, dan melihat banyak sekali portal berita online yang menulis berita tentang mereka. Dan kebanyakan orang di luar sana (yang termakan dengan berita simpang siur) menelan mentah-mentah berita-berita tsb. 

Saya pernah bekerja di Negara orang, dan bisa merasakan apa yang Aleksandra dan Dimitri rasakan saat ini. Takut, panik, bingung, dikejar-kejar oleh waktu, dsb. Namun kami beruntung masih memiliki teman-teman baik yang bersedia membantu kapanpun, di manapun, seperti Mbak Alfa dan teman-temannya di Jakarta Timur. Aleksandra dan Dimitri hanya melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan, trying to survive, sambil menunggu pengurusan dokumen pengganti paspor Dimitri selesai dan pada akhirnya kembali pulang ke Rusia. Itu saja. 

Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Mbak Alfa dan teman-teman baiknya di Jakarta Timur sudah bersedia menerima saya, Adrian dan Dymsokei kemarin malam di kediamannya. Semoga setelah ini, Aleksandra dan Dimitri bisa kembali pulang ke Negaranya dan tetap menyukai Indonesia dengan segala macam keindahan alamnya, dan juga orang-orangnya :") 

P.S 
Semua cerita yang saya sampaikan di sini, sudah mendapatkan persetujuan Mbak Alfa, Aleksandra dan Dimitri untuk dipublikasikan sebagai salah satu bagian bantuan klarifikasi.

Kemang, July 27th 2016
"Fall Back Down" - Rancid

You Might Also Like

0 comments